
Luhut Program MBG Bagus
smart-money.co – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai inisiatif yang baik untuk tingkatkan gizi anak dan ibu hamil, sekaligus gerakkan ekonomi. Namun, tantangan utama ada pada pengelolaan agar anggaran Rp171 triliun tepat sasaran. Pernyataan ini disampaikan Luhut di Balai Kota DKI Jakarta pada 24 September 2025, di mana ia harap Menteri Keuangan Purbaya terlibat langsung untuk awasi distribusi dana. Artikel ini ulas Luhut Program MBG Bagus, latar belakang MBG, pentingnya pengelolaan tertib, serta langkah pencegahan masalah seperti keracunan.
Latar Belakang Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Luhut Program MBG Bagus sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk Indonesia Emas 2045, sebagai salah satu dari delapan Asta Cita. Program ini targetkan 82,9 juta penerima manfaat, termasuk 15,5 juta anak sekolah, 2,4 juta ibu hamil/menyusui, dan balita, dengan fokus atasi stunting, kelaparan akut/kronis, serta tingkatkan pertumbuhan berat badan 0,37 kg dan tinggi badan 0,54 cm per tahun.
Dalam APBN 2025, alokasi awal Rp71 triliun ditambah Rp100 triliun menjadi Rp171 triliun, dengan 32 ribu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur umum untuk distribusi. Luhut yakin APBN cukup, tapi pengelolaan jadi kunci sukses. Dengan demikian, MBG tak hanya nutrisi, tapi juga turunkan kemiskinan hingga 2,6 persen melalui perputaran ekonomi di sektor pertanian seperti beras, telur, dan ayam.
Penilaian Luhut: Program Bagus, Pengelolaan Jadi Prioritas
Luhut Pandjaitan sebut Luhut Program MBG Bagus karena potensi dampaknya nyata di lapangan, tapi tinggal pengelolaan tertib untuk pastikan dana Rp171 triliun turun ke bawah efektif. “Program Makan Bergizi itu menurut saya program yang bagus, tinggal pengelolaannya saja supaya dilakukan dengan tertib. Pak Purbaya saya lihat, menteri keuangan, ingin terlibat langsung mengawasi supaya memastikan Rp171 T itu bisa turun ke bawah dengan baik,” ujarnya.
Ia usulkan audit kuartalan (setiap tiga bulan) oleh Badan Gizi Nasional dan Bappenas untuk identifikasi kekurangan. Pada Maret 2025, MBG sudah jalan di 38 provinsi dengan 2 juta penerima melalui 722 SPPG, tapi Luhut tekankan sinergi semua pihak untuk keberhasilan. Untuk itu, pengawasan ketat cegah penyelewengan dan pastikan kualitas makanan.
Tantangan Pelaksanaan MBG di Lapangan
Meski Luhut Program MBG Bagus, tantangan muncul seperti distribusi tak merata, di mana stunting lebih tinggi di daerah tertentu tapi anggaran fokus Jawa. Kasus keracunan makanan, seperti di Bandung Barat di mana ratusan warga alami mual dan muntah, bayangi pelaksanaan. Pemangkasan biaya per porsi dari Rp15.000-20.000 jadi Rp10.000 juga khawatirkan kualitas nutrisi.
Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) kritik MBG belum tepat sasaran, sebab distribusi tak seimbang dan potensi penurunan kualitas. Luhut harap audit rutin atasi ini, termasuk libatkan UMKM lokal untuk distribusi. Dengan demikian, pengelolaan tertib krusial untuk wujudkan target.
Langkah Pengawasan dan Audit MBG
Luhut usulkan audit tiap kuartal untuk evaluasi, termasuk kualitas makanan dan distribusi. Menteri Keuangan Purbaya terlibat langsung awasi dana agar tak bocor. Pada Juni 2025, anggaran MBG naik jadi Rp300 triliun untuk 2026, dengan fokus ekosistem pengelolaan.
Solusi: Bangun sistem transparan, libatkan masyarakat dalam pengawasan, dan prioritas daerah rawan stunting. Untuk itu, Luhut Program MBG Bagus bergantung pada implementasi yang ketat.
Dampak Ekonomi dan Sosial Jangka Panjang
MBG proyeksikan tingkatkan PDB melalui perputaran ekonomi di pertanian dan UMKM, serap produksi lokal. Sosial: Turunkan stunting, tingkatkan prestasi sekolah, dan kurangi kemiskinan. Luhut yakin, dengan pengelolaan baik, MBG jadi model program prioritas 2025-2029. Dengan demikian, dukungan semua pihak esensial.
Kesimpulan
Luhut Program MBG Bagus dengan anggaran Rp171 triliun, tapi pengelolaan tertib jadi kunci sukses. Dengan audit kuartalan dan awasi Menteri Purbaya, program ini bisa atasi stunting dan gerakkan ekonomi. Tantangan seperti keracunan harus diatasi untuk tepat sasaran. MBG adalah langkah maju untuk Indonesia Emas 2045—semoga pelaksanaannya optimal.