
Rupiah dan Won
smart-money.co – Rupiah dan Won muncul sebagai bintang di Asia, mengungguli dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan terkini hingga 29 September 2025. Rupiah menguat 0,57% ke Rp16.645/US$ pada pukul 09:03 WIB, menjadi yang terkuat di Asia, sementara won Korea Selatan juga unjuk gigi dengan apresiasi 0,36% ke KRW 1399,9/US$. Penguatan ini didorong oleh optimisme pasar pasca-pemangkasan suku bunga The Fed dan ketahanan ekonomi domestik. Artikel ini mengulas penguatan Rupiah dan Won, faktor pendorong, dampak regional, respons pasar, dan prospek ke depan, per 29 September 2025.
Rupiah dan Won Pimpin Penguatan di Asia
Rupiah dan Won menunjukkan performa impresif melawan dolar AS. Selain itu, pada 29 September 2025, rupiah menguat 0,57% ke Rp16.645/US$, mengungguli mata uang Asia lainnya, sementara won Korea Selatan naik 0,36% ke KRW 1399,9/US$. Untuk itu, penguatan ini kontras dengan pelemahan peso Filipina (0,35%) dan ringgit Malaysia (0,24%). Meski begitu, fluktuasi pasar tetap jadi tantangan. Oleh karena itu, investor pantau data ekonomi domestik dan global. Dengan demikian, Rupiah dan Won jadi simbol ketahanan Asia.
Faktor Pendorong Penguatan Mata Uang
Rupiah dan Won kuat karena kombinasi faktor global dan domestik. Selain itu, pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada September 2025 lemahkan indeks dolar AS (DXY) ke 97,046, beri ruang bagi mata uang Asia. Untuk itu, kebijakan moneter Bank Indonesia yang pertahankan suku bunga acuan 6% dan ekspor teknologi Korea Selatan yang melonjak dukung apresiasi. Meski begitu, pernyataan Jerome Powell tentang ketidakpastian pemangkasan suku bunga lanjutan buat pasar waspada. Oleh karena itu, stabilitas domestik jadi kunci. Dengan demikian, fundamental ekonomi dorong tren positif ini.
Dampak Regional di Asia
Penguatan Rupiah dan Won berdampak luas di Asia. Selain itu, apresiasi rupiah pacu investasi di pasar saham Indonesia, dengan IHSG naik 0,4% pada 29 September 2025. Untuk itu, won yang kuat dukung ekspor elektronik Korea Selatan, saingi yuan China yang hanya naik 0,06%. Meski begitu, mata uang seperti peso Filipina dan baht Thailand tertekan, masing-masing melemah 0,35% dan 0,25%. Oleh karena itu, ketimpangan performa mata uang Asia ciptakan dinamika perdagangan regional. Dengan demikian, Indonesia dan Korea Selatan unggul dalam kompetisi ini.
Respons Pasar dan Investor
Pasar merespons positif penguatan Rupiah dan Won. Selain itu, investor asing catat aliran masuk Rp2,5 triliun ke obligasi Indonesia pada pekan terakhir September 2025, sementara bursa Korea Selatan (KOSPI) naik 0,3%. Untuk itu, sentimen optimistis muncul dari ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,1% dan Korea Selatan 2,5% di 2025. Meski begitu, volatilitas dolar AS akibat kebijakan The Fed tetap jadi risiko. Oleh karena itu, trader sarankan diversifikasi portofolio untuk lindungi aset. Dengan demikian, pasar lihat Rupiah dan Won sebagai peluang investasi.
Prospek Masa Depan Mata Uang Asia
Rupiah dan Won diprediksi pertahankan momentum, tapi tantangan menanti. Selain itu, Bank Indonesia proyeksikan rupiah stabil di Rp16.300-Rp16.600 hingga akhir 2025, didukung cadangan devisa $150 miliar. Untuk itu, won Korea diuntungkan oleh permintaan chip AI global. Meski begitu, risiko geopolitik dan kenaikan suku bunga The Fed bisa ganggu tren ini. Oleh karena itu, investor perlu pantau data inflasi dan ekspor Asia. Dengan demikian, Rupiah dan Won berpotensi tetap jadi raja di Asia jika ketahanan ekonomi terjaga.
Kesimpulan
Keren! Rupiah dan Won Jadi Raja, Tendang Dolar AS tunjukkan kekuatan mata uang Asia melawan dolar. Selain itu, pemangkasan suku bunga The Fed dan fundamental domestik dorong penguatan rupiah dan won. Untuk itu, dampak regional dan respons pasar positif perkuat posisi keduanya. Meski begitu, volatilitas global jadi catatan. Dengan demikian, Rupiah dan Won buktikan Asia mampu “pukul balik” dominasi dolar AS dengan ketahanan ekonomi.