smart-money.co – China Balas Rare Earths picu respons cepat AS usai China batasi ekspor logam tanah jarang untuk senjata dan militer. Presiden Donald Trump tandatangani kesepakatan dagang dengan Malaysia, Thailand, Cambodia, dan Vietnam di ASEAN Summit Kuala Lumpur, 26 Oktober 2025. Kesepakatan ini diversifikasi pasokan mineral kritis, tekan China yang kuasai 70% produksi dunia. Artikel ini ulas China Balas Rare Earths, kronologi, kesepakatan, dan dampak, berdasarkan Reuters, POLITICO, dan X.
Kronologi China Batasi Ekspor
Pertama-tama, China larang ekspor rare earths ke kontraktor militer AS, 16 Oktober 2025. Selain itu, kontrol lisensi teknologi ekstraksi. Dengan demikian, AS tertekan karena China proses 90% pasokan global.
Trump Tandatangani Kesepakatan ASEAN
Selanjutnya, Trump tandatangani kesepakatan dengan Malaysia dan Cambodia, framework dengan Thailand dan Vietnam. Selain itu, tarif 19% ekspor, nol untuk mineral kritis. Untuk itu, Malaysia janji investasi $70 miliar AS.
Dampak pada Pasokan Mineral
Lebih lanjut, Malaysia punya 16,1 juta ton rare earths, Vietnam surplus dagang $123 miliar. Selain itu, Thailand dan Cambodia dukung rantai pasok. Untuk itu, AS kurangi ketergantungan China 20%. Dengan demikian, pembatasan ini percepat kemandirian AS.
Respons China dan Global
Kemudian, Kementerian Perdagangan China klarifikasi bukan larangan total. Selain itu, Trump puji kesepakatan sebagai “major trade deal”. Untuk itu, pasar saham naik 2%. Dengan demikian, ketegangan perdagangan mereda sementara.
Prospek Ekonomi RI sebagai Tetangga
Terakhir, Indonesia tetangga ASEAN bisa untung dari diversifikasi. Selain itu, RI punya cadangan rare earths. Untuk itu, kolaborasi dengan AS potensial.
Kesimpulan
China Balas Rare Earths picu Trump tandatangani kesepakatan ASEAN. Oleh karena itu, diversifikasi mineral kritis. Dengan demikian, pantau dampak global. Dukung perdagangan adil!
