Belanja Fiskal China Anjlok 19%
smart-money.co – Pengeluaran fiskal China pada Oktober 2025 mengalami kontraksi terdalam sejak 2021. Sebagai contoh, data Kementerian Keuangan yang dirilis Selasa (18/11) menunjukkan belanja dari akun publik umum dan dana pemerintah turun 19% YoY. Selain itu, akumulasi simpanan fiskal terus membengkak, investasi infrastruktur turun 13,9% hingga September, sementara properti minus 14,7% YTD. Dengan demikian, defisit anggaran semester pertama melonjak 45% menjadi CNY 5,25 triliun. Oleh karena itu, artikel ini sajikan fakta terbaru, penyebab, dampak, dan prospek kebijakan 2025-2026.
Data Oktober 2025
Pengeluaran fiskal Oktober mencatat penurunan tajam. Sebagai contoh, belanja publik umum dan dana pemerintah yang biasanya tumbuh rata-rata 1,5% per tahun sejak 2021, kini terkontraksi 19%. Selain itu, investasi aset tetap hanya naik 2,8% di semester pertama (melambat dari 3,7% di Januari-Mei). Dengan demikian, produksi baja mentah turun 9,2% YoY pada Juni. Oleh karena itu, Fitch Ratings memproyeksikan defisit 8,8% PDB tahun ini (dari 6,5% tahun lalu).
| Indikator | Oktober 2025 | YoY (%) |
|---|---|---|
| Belanja publik + dana | Kontraksi | -19 |
| Investasi properti | -13,9 | -14,7 |
| Investasi manufaktur | +2,7 | – |
| Defisit anggaran H1 | CNY 5,25 T | +45 |
Penyebab Penurunan
Penurunan tajam terjadi karena aliran dana ke properti dan infrastruktur menyusut drastis. Sebagai contoh, penjualan tanah daerah merosot, sehingga pemerintah lokal terpaksa memangkas belanja. Selain itu, penerapan stimulus yang dijanjikan Xi Jinping berjalan lambat. Dengan demikian, pendapatan pajak hanya naik 0,3% di semester pertama. Oleh karena itu, Carlos Casanova (UBP) menyatakan: “Tanpa kebijakan moneter dan fiskal yang lebih pro-pertumbuhan, perlambatan akan semakin dalam di 2025.”
Dampak & Prospek
Kontraksi belanja ini memperberat tekanan pada konsumsi dan ekspor. Sebagai contoh, ekspor China pada Oktober turun tak terduga – kontraksi pertama dalam dua tahun. Selain itu, pengiriman ke Amerika Serikat melemah tajam. Dengan demikian, Zhiwei Zhang (Pinpoint Asset Management) menilai investasi infrastruktur dan manufaktur masih jadi penopang utama. Oleh karena itu, pemerintah berencana menaikkan rasio defisit PDB tahun depan serta mempercepat pencairan dana khusus. Akibatnya, target pertumbuhan 5% tetap dipertahankan, meski risiko meleset semakin besar.
Pengeluaran fiskal China memang terkontraksi tajam di Oktober 2025. Oleh karena itu, Beijing akan mengandalkan stimulus lebih besar pada 2026. Sebagai contoh, defisit lebih tinggi dan pencairan dana cepat. Selain itu, fokus pada konsumsi domestik. Dengan demikian, ekonomi terbesar kedua dunia tetap di bawah tekanan.
