
CEO hengkang rekor
smart-money.co – CEO hengkang rekor mencapai 202 kasus pada 2024, tertinggi sepanjang sejarah, menurut firma penasihat kepemimpinan Russell Reynolds Associates (RRA). Jumlah ini naik 13% dari 2023 dan 9% di atas rata-rata enam tahun (186). Dengan demikian, tekanan investor dan disrupsi teknologi menjadi pemicu utama. Oleh karena itu, berikut adalah lima fakta tentang CEO hengkang rekor, termasuk sektor teknologi dan suksesi terencana, berdasarkan laporan RRA dan sumber berita terpercaya.
1. Penyebab Utama CEO Hengkang Rekor
CEO hengkang rekor 202 kasus dipicu oleh pengawasan ketat investor dan tuntutan adaptasi perubahan. Margot McShane, pimpinan RRA, menyatakan bahwa CEO kini harus menjelajahi wilayah tak terpetakan, terutama di sektor teknologi. Sementara itu, investor aktivis singkirkan 27 CEO, hampir tiga kali lipat dari 2020. Sebagai contoh, tekanan performa rendah mendorong pergantian. Dengan kata lain, perusahaan cari pemimpin yang agile. Meski begitu, suksesi terencana juga berkontribusi signifikan.
2. Sektor Teknologi Paling Terdampak
Sektor teknologi catat CEO hengkang rekor dengan 40 kasus, naik 50% dari rata-rata enam tahun. Perubahan cepat seperti AI generatif tingkatkan tekanan. Selain itu, 84% CEO baru di teknologi berasal dari internal, tunjukkan suksesi kuat. Sebagai contoh, perusahaan global seperti di S&P 500 alami 58 kepergian, naik 21% dari 2023. Dengan demikian, teknologi jadi pusat perhatian. Berikutnya, indeks lain seperti ASX 200 dan SMI 20 juga catat rekor turnover.
3. Suksesi Terencana Meningkat
Hampir seperempat (22%) dari CEO hengkang rekor adalah suksesi terencana, angka tertinggi sepanjang masa. Sebanyak 73% CEO baru berasal dari internal, naik signifikan. Sementara itu, di teknologi, angka ini capai 84%. Helle Bank Jorgensen, pendiri Competent Boards, sebut dewan direksi siapkan talenta internal. Sebagai contoh, pensiun atau pindah ke board meningkat, dengan rata-rata usia CEO 56,6 tahun. Dengan demikian, suksesi proaktif lawan tekanan. Meski begitu, 85% CEO baru adalah first-timer, tantang adaptasi.
4. Peran Investor Aktivis
Investor aktivis dorong CEO hengkang rekor dengan 27 kasus, hampir tiga kali lipat dari 2020. Selain itu, gender parity naik, dengan wanita tempati 11% posisi CEO baru (24 dari 220). Sebagai contoh, Eropa dan Asia tunjukkan peningkatan representasi. Dengan kata lain, dewan cari pemimpin yang responsif terhadap perubahan. Meski begitu, Asia alami penurunan turnover 8% (42 kasus), lawan tren global. Oleh karena itu, tekanan investor variatif antar wilayah.
5. Implikasi untuk 2025
CEO hengkang rekor 2024 beri pelajaran untuk 2025. RRA prediksi turnover naik di paruh kedua 2025, setelah penurunan 19% di paruh pertama (114 kasus). Sementara itu, CFO catat turnover 15,1%, mendekati rekor. Sebagai contoh, COO alami 130 kasus, dengan 74% first-timer. Dengan demikian, dewan prioritaskan suksesi internal. Meski begitu, Asia tetap stabil karena faktor geopolitik dan ekonomi. Oleh karena itu, CEO butuh keahlian AI dan sustainability untuk masa depan.
Tantangan Kepemimpinan di Era Baru
CEO hengkang rekor tunjukkan betapa sulitnya peran CEO saat ini. Tekanan investor, disrupsi AI, dan kebutuhan suksesi jadi tantangan besar. Sementara itu, 43 CEO keluar dalam waktu kurang dari 36 bulan karena performa rendah. Sebagai contoh, sektor teknologi paling terdampak perubahan AI generatif. Dengan demikian, dewan cari pemimpin yang adaptif dan visioner. Berikutnya, pensiun meningkat pasca pandemi. Oleh karena itu, perencanaan suksesi jadi kunci.
Prospek Kepemimpinan Global
Tren CEO hengkang rekor prediksi berlanjut di 2025, dengan fokus pada talenta internal dan keberagaman. Sementara itu, teknologi tetap jadi sektor paling dinamis. Sebagai contoh, perusahaan cari CEO dengan pengalaman digital untuk hadapi AI. Dengan kata lain, adaptasi cepat jadi syarat utama. Meski begitu, stabilitas regional seperti di Asia beri peluang. Oleh karena itu, dewan harus proaktif siapkan pemimpin baru.
Kesimpulan
CEO hengkang rekor sebanyak 202 kasus pada 2024, naik 13% dari 2023, didorong tekanan investor dan disrupsi teknologi. Suksesi terencana capai 22%, dengan 73% CEO baru dari internal. Dengan demikian, perusahaan prioritaskan pemimpin agile. Meski Asia lebih stabil, tren global meningkat. Mulai 2025, dewan harus siapkan talenta untuk hadapi era AI dan perubahan cepat.