Pangkas Bunga Agresif 2025
smart-money.co – Pangkas Bunga Agresif 2025 jadi strategi global untuk pulihkan ekonomi lesu. Turki pimpin dengan potong suku bunga 800 bps ke 39,5%, diikuti Rusia, BI (125 bps ke 4,75%), Ghana, dan Inggris. Pasar sambut positif dengan likuiditas deras, tapi risiko inflasi dan hutang mengintai. Artikel ini ulas Pangkas Bunga Agresif 2025, 5 negara, dampak, dan risiko, berdasarkan CNBC Indonesia, Bloomberg, dan X.
Turki Pimpin Pemangkasan
Pertama-tama, Bank Sentral Turki turunkan suku bunga 100 bps ke 39,5% pada 23 Oktober 2025, total 800 bps di 2025. Selain itu, inflasi turun dari 50% ke 35,05%. Dengan demikian, investor optimistis. Oleh karena itu, Pangkas Bunga Agresif 2025 Turki jadi sorotan.
Rusia Atasi Sanksi
Selanjutnya, Rusia potong 400 bps ke 17% untuk dorong GDP. Selain itu, inflasi stabil di 8% meski sanksi Barat. Untuk itu, likuiditas naik 10%.
Bank Indonesia Seimbang
Lebih lanjut, BI pangkas BI-Rate 125 bps ke 4,75% di 2025. Selain itu, inflasi 2,5% ±1% dan rupiah stabil. Untuk itu, BI tahan rate Oktober ini. Dengan demikian, langkah BI strategis.
Ghana Redakan Krisis
Kemudian, Bank of Ghana potong rate untuk turunkan inflasi dari 50% ke 22%. Selain itu, GDP tumbuh 3,5%. Untuk itu, saham naik 5%. Dengan demikian, Ghana ikut tren global.
Inggris dan ECB Bergerak
Terakhir, Bank of England dan ECB longgarkan moneter. Selain itu, ECB dukung emerging markets. Untuk itu, likuiditas global naik 12%.
Risiko yang Mengintai
Kemudian, pemangkasan cepat picu inflasi balik 15%. Selain itu, hutang negara naik 10%. Untuk itu, bank sentral perlu hati-hati. Dengan demikian, stabilitas ekonomi terjaga.
Kesimpulan
Pangkas Bunga Agresif 2025 dipimpin Turki dengan 800 bps. Oleh karena itu, BI dan lainnya bijak. Dengan demikian, pantau risiko likuiditas. Dukung pertumbuhan ekonomi!
