
PM China Li Qiang Ingatkan Ancaman
smart-money.co – Perdana Menteri China Li Qiang berpidato di Majelis Umum PBB pada 26 September 2025, memperingatkan dunia agar hindari kembalinya “mentalitas Perang Dingin”. Ia bela multilateralisme dan perdagangan bebas, sambil kritik terselubung kebijakan unilateralisme Amerika Serikat, terutama peningkatan tarif dan proteksionisme. Pidato ini disampaikan di tengah ketegangan global, termasuk sengketa Laut China Selatan. Oleh karena itu, artikel ini ulas isi pidato Li Qiang, kutipan kunci, konteks kritik AS, dan implikasi bagi hubungan internasional pada 27 September 2025, pukul 11:50 WIB.
Isi Pidato Li Qiang di Majelis Umum PBB
PM China Ingatkan Ancaman Mentalitas Perang Dingin di Pertemuan PBB dengan tegas sebut dunia memasuki periode turbulensi dan transformasi baru. Li Qiang tekankan unilateralisme dan mentalitas Perang Dingin kembali muncul, tantang aturan internasional yang dibangun selama 80 tahun. Selain itu, ia sebut sistem internasional efektif terganggu, dan umat manusia berada di persimpangan jalan. Untuk itu, China komitmen bekerja sama dengan dunia untuk tegakkan cita-cita PBB. Dengan demikian, pidato ini posisikan China sebagai pembela tatanan global, kontras dengan kebijakan AS.
Kutipan Kunci Pidato Li Qiang
Li Qiang sampaikan beberapa kutipan tajam: “Dunia telah memasuki periode turbulensi dan transformasi baru.” Selain itu, “Unilateralisme dan mentalitas Perang Dingin kembali muncul. Aturan dan tatanan internasional yang dibangun selama 80 tahun terakhir berada di bawah tantangan serius dan sistem internasional yang dulu efektif terus-menerus terganggu.” Kutipan lain: “Penyebab utama kelesuan ekonomi global saat ini adalah meningkatnya tindakan unilateral dan proteksionis seperti kenaikan tarif dan pembangunan tembok serta penghalang.” Untuk itu, “Tiongkok secara konsisten telah membuka pintunya lebih lebar bagi dunia.” Dengan demikian, kutipan ini soroti komitmen China untuk multilateralisme.
Kritik Terselubung terhadap Kebijakan AS
Pidato Li Qiang kritik terselubung kebijakan AS di bawah Donald Trump, terutama tarif dan proteksionisme yang ganggu perdagangan bebas. Selain itu, Li singgung gencatan senjata rapuh antara Washington dan Beijing, meski tak sebut Trump langsung. Untuk itu, ia tekankan China buka pintu untuk kerja sama, kontras dengan “tembok” AS. Dengan demikian, kritik ini respons terhadap sanksi AS pada teknologi China.
Sengketa Laut China Selatan dan Multilateralisme
Li Qiang bela multilateralisme di tengah sengketa Laut China Selatan, di mana AS dan sekutu tuntut kebebasan navigasi di klaim teritorial China. Selain itu, pemerintahan Trump bergeser dari konvensi internasional ke kekuatan nyata AS. Untuk itu, Li sebut China harap kerja sama untuk tantangan ekonomi global. Dengan demikian, pidato ini perkuat posisi China sebagai pembela tatanan PBB.
Implikasi Pidato bagi Hubungan Global
Pidato Li Qiang implikasikan ketegangan AS-China, terutama perdagangan dan Laut China Selatan. Selain itu, bela multilateralisme dorong negara lain seperti ASEAN untuk netral. Untuk itu, China harap pidato ini redakan proteksionisme. Dengan demikian, hubungan global butuh dialog untuk hindari konflik baru.
Kesimpulan
PM China Ingatkan Ancaman Mentalitas Perang Dingin di Pertemuan PBB melalui pidato Li Qiang yang bela multilateralisme dan kritik unilateralisme AS. Kutipan tajam tentang turbulensi global dan “tembok” proteksionis soroti komitmen China. Oleh karena itu, pidato ini jadi panggilan aksi untuk perdagangan bebas di tengah ketegangan. Dengan demikian, dunia harap dialog AS-China tingkatkan stabilitas pada 27 September 2025.