Rupiah Melemah
smart-money.co – Rupiah Melemah tipis 0,02% ke Rp 16.620 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025, pukul 09.04 WIB, menurut Refinitiv. Tren ini lanjutkan penurunan Kamis 0,27% ke Rp 16.615. Indeks DXY sentuh 98,97 pukul 08.35 WIB, tertinggi sejak 10 Oktober 2025, dipicu ketegangan geopolitik dan inflasi AS. Artikel ini ulas Rupiah Melemah, data, faktor, dan prospek, berdasarkan Refinitiv, Bloomberg, dan X.
Data Terkini Rupiah Melemah
Pertama-tama, rupiah dibuka di Rp 16.620/US$, turun 0,02% dari Rp 16.615. Selain itu, perdagangan Kamis catat penurunan 0,27%. Dengan demikian, pergerakan terbatas di tengah DXY naik 0,1% ke 98,97. Oleh karena itu, Rupiah Melemah jadi bagian tren bulanan -2,09% YTD.
5 Faktor Huru-hara Global
Selanjutnya, lima pemicu utama:
- DXY Menguat: Indeks dolar capai 98,97, tertinggi sejak 10 Oktober.
- Inflasi AS: Data PCE AS 2,7% dorong Fed tahan rate cut.
- Geopolitik: Konflik Timur Tengah tekan mata uang emerging markets.
- Kebijakan Fed: Powell sinyal suku bunga tinggi hingga 2026.
- Ekspor RI Lesu: Defisit perdagangan Rp 20 T bebankan nilai tukar.
Selain itu, X catat 5.000+ cuitan soal “rupiah tertekan DXY”. Untuk itu, intervensi BI batasi pelemahan.
Dampak Ekonomi Indonesia
Lebih lanjut, pelemahan ini naikkan biaya impor 5%. Selain itu, inflasi naik 0,2% ke 2,5%. Dengan demikian, ekspor nonmigas untung Rp 10 T. Oleh sebab itu, Rupiah Melemah beri peluang ekspor tapi tantang impor.
Prospek dan Strategi Stabilisasi
Kemudian, BI prediksi nilai tukar stabil di Rp 16.500-16.700 akhir 2025. Selain itu, suku bunga BI 6,25% dukung keseimbangan. Untuk itu, investor pantau data PCE AS hari ini. Dengan demikian, Rupiah Melemah berpotensi pulih jika Fed dovish.
Kesimpulan
Nilai tukar ke Rp 16.620 pada 24 Oktober 2025, tertekan DXY 98,97 dan sentimen global. Oleh karena itu, pantau inflasi AS dan intervensi BI. Dengan demikian, prospek stabil di Rp 16.500 akhir tahun. Ikuti perkembangan Rupiah Melemah untuk investasi!
